Selasa, 09 Agustus 2016

Rindu Peniru (2)

Mungkin ibuku lebih kerap menelpon untuk menayakan keadaanku setiap saat, tapi apakah aku tahu, bahwa sebenarnya ayahlah yang mengingatka ibu untuk menelpon.

Semasa kecil, ibuku lah yang sering menggendongku. Tapi, apakah aku tahu bahwa ayahku yang lebih rewel memperhatiakan, asupan nutrisiku, waktu balajar, dan waktu tidurku.

Jumat, 15 Mei 2015

Berbagi Dalam Remang

Aku memutuskan berjuang kembali, sebab konyol sekali jika hanya karena urusan hati aku menyesal sampai mati.

Bangkit meski kini hati tak utuh seperti dulu lagi.

Kita berdua juga sama-sama pejuang yang berhasil mengalahkan hati sendiri.

Aku yakin, kau bukan lagi gadis kecil yang merengek minta diantar pulang. Kini, kau lebih ingin kita berbaring sembari berbagi dalam remang.

Buat apa aku antar jemput jika pada akhirnya kita harus terpisah di dua kamar berbeda? Padahal, usap dan pendampingankulah yang membuatmu merasa kembali punya daya.

Bagiku, juga akan berlaku hukum yang sama, celoteh ceriwismu membuatku lebih terjaga, demi merampungkan pekerjaan yang masih terbawa.

Jumat, 13 Maret 2015

Jatuh Cinta Berulang-ulang (Salah!)

Kami tak sempat berpandangan, Atau bahkan membaca masing-masing ingin yang tak mungkin terucap.

Kulit yang bersentuhan, dengan hasrat tak tertahankan. Menunggu belaian dan sentuhan selanjutnya.

Hening.

Seolah tak mendengar apapun. Peluh nafsu yang bergesekan, serta suara-suara dari mulut kami yang menganga, mendamba udara saat seluruh indra keras bekerja.

Sesaat pandangan mulai tak berwarna. Keheningan berubah menjadi bising. Bahkan sangat bising hingga aku tak bisa mendefinisikan satu-persatu. Ini adalah awal fase dari kami bertukar cairan.

Rabu, 14 Januari 2015

Harga Diri Terakhir "Tulis"

facebook.com/mas.musaasadullah/photos
Kami mengkafani kata
Dalam guyuran hujan
Dan longsor bahasa

Kami menziarahi kata
Saat paragraf terlelap lama
Dan alenia sedang jatuh cinta

Kami menabur bunga
Diatas gundukan kuburan bahasa
Paragraf lebur di dalamnya
Kamus tertulis pada nisannya

Alinea masih tetap jatuh cinta
Tapi sekarat tertusuk duri aksara

Selasa, 06 Januari 2015

Merindu Pagi #7

Datang Gerimis Terlalu Cepat

Nessa terdiam di kursi kayu yang membentang panjang di beranda rumahnya. Melamun. Termenung. Aku tidak melihat sedikitpun keceriaan tersirat dari wajah manisnya. Bibir tipis dan rona merah tak ku temukan sekarang. 

Aku masih berdiri di depan Nessa, dengan baju lusuh dan kue tart yang tak lagi cantik. Bukan karena Nessa lebih indah dari adonan kue yang aku bawa. Bukan. Tapi karena sendiriku dan kue ini telah basah oleh air yang bercampur tanah.

Aku memang sering membawakan kue tart setiap pagi. yang bertabur butiran anak kurma di atasnya. Emmm... Kesukaan Nessa.. 

"Nessa, maaf aku terlambat. dan kue ini... Akan aku ganti dengan yang baru."

Dia tidak menjawab. Tatapannya kosong. Memandang gerimis dan tetesan-tetesan air yang berjatuhan dari atap rumahnya.