Selasa, 09 Agustus 2016

Rindu Peniru (2)

Mungkin ibuku lebih kerap menelpon untuk menayakan keadaanku setiap saat, tapi apakah aku tahu, bahwa sebenarnya ayahlah yang mengingatka ibu untuk menelpon.

Semasa kecil, ibuku lah yang sering menggendongku. Tapi, apakah aku tahu bahwa ayahku yang lebih rewel memperhatiakan, asupan nutrisiku, waktu balajar, dan waktu tidurku.


Saat kenakalanku muncul, Ayah memarahiku. Membentak dengan suara lantang. Lantas kemudian aku merengut menjauhi ayah dan menangis didepan ibu.

Tapi apakah aku tahu bahwa ayahlah yang risau dengan keadaanku, sampai beliau hanya bisa menggigit bibir menahan kesakitanku.

Sesekali ibu yang mengantar aku ke sekolah untuk belajar. Tapi tahukah aku? bahwa ayah lah yang mendampingi belajarku dan tidak jarang mengantarku kesekolah juga.
Ketika aku remaja, aku meminta izin untuk keluar malam. Ayah dengan tegas berkata "Tidak boleh!"

Sadarkah aku, bahwa ayahku hanya ingin memastikan aku baik baik saja, karena beliau lebih tahu dunia luar, dibandingkan aku bahkan ibuku?

Karena bagi ayah, ada banyak hal yang harus aku raih melebihi anak anak lain. Saat aku sudah dipercayai olehnya, ayah pun melonggarkan peraturannya.

Maka kadang aku melanggar kepercayaannya. Ayah lah yang menunggu aku dengan kecemasan bersama ibu untuk memastikan keadaanku diluar sana.

Disaat aku merengek memerlukan ini – itu, untuk keperluan kuliahku, ayah hanya mengerutkan dahi, tanpa menolak, beliau memenuhinya, dan cuma berpikir, "kemana aku harus mencari uang tambahan,  dan sudah tidak ada lagi tempat untuk meminjam."

Saat aku berjaya. Ayah adalah orang pertama yang berdiri dan bertepuk tangan untukku. Ayah lah yang mengabari sanak saudara, ”Anakku sekarang sukses. Alhamdulillah”

Tapi hingga kini, baktiku kepada ayah belum terlihat.
 
"Judul Rindu Peniru (2) bukan berarti ini tulisan kedua, aku hanya meniru dari postingan noichil yang bertemakan ayah dengan judul yang sama."

Aku anak laki-laki yang berteman dengan ayah, hal apapun aku ceritakan ke ayah seperti halnya teman. Emmm, lebih dari teman. tidak sedikit, pola berfikir, ideologi, cara pandangku yang hampir sama dengan ayah. Ya, aku meniru ayah, dan sekarang aku rindu.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar