Cincin Untuk Nessa
"Selamat pagi mbak, Pak Iqbal apa sudah datang? Saya ada janji ketemu beliau pagi ini." Tanya saya pada receptionist di kantor pajak.
"Maaf Bapak, beliau belum hadir. Kalau tidak keberatan, silahkan tunggu di kursi depan." Jawab Receptionist itu dengan sopan.
Sembari menungu, aku putar salah satu playlist di ponselku. Pandanganku tersapu pada sudut-sudut ruangan. "Memang masih sepi." Gumanku dalam hati. Disekitarku hanya nampak beberapa officeboy membersihkan lantai dan jendela.
Aku sudah cukup akrab dengan Iqbal, selain untuk urusan pekerjaan, kami juga sering bertemu hanya untuk sekedar ngobrol, berbagi, nonton, atau bisnis lain di luar pekerjaan. Tak jarang Nessa ikut bersama kami.
Nessa! Iya Nessa. Perempuan yang sangat aku kagumi secara fisik, sikap dan segenap kepribadian yang melekat didalamnya. Nessa juga yang mengenalkanku pada Iqbal yang tak lain adalah calon tunangannya. Saat aku tau cincin yang ia kenakan ketika kita bertemu di caffe. Semenjak saat itu, aku urungkan untuk mendekati Nessa, tapi hati ini begitu liar dan nakal. Kita dapat dengan mudah memerintah otak, tp tidak dengan hati. Semacam Autopilot yg menyabotase pesawat Axion pada kartun Wall-E, atau Viki yang membangkan dari hukum i-robot. Entahlah!