Jumat, 28 Maret 2014

Mencaci Ruang Kosong

MERANCU! (kerinduan, emosi, kegelisahan, kesendirian)

Beberapa malam yang lalu, aku bersembunyi dalam sebuah ruangan di lipatan-lipatan ingatanku sendiri. Karena tidak suka hiruk-pikuk, aku ingin bersembunyi dari hawa nafsu. Semua keburukan dari semesta. 

Di ruangan itu aku merancu dengan sendiriku kala terpesona pada keheningannya yang berteriak seperti darah dan perisai, Dinding rungan itu abstrak. Ada neraka, ada surga, ada juga diantaranya. Bukan dengan maksud  membisikkan “Gumaman Mistis”, hanya mencoba memanuskribkan apa yang tak nampak di pikiran. Merasuk dan melepuhkan kata segar. Hingga hilang sebuah jalan yang tak membaca arah kembali pulang.

Rabu, 19 Maret 2014

Merindu Pagi #4

Kue Tawar dan Secangkir Teh


"Nessa, Kamu tau kenapa embun datang setiap pagi?"

Aku menoleh, menunggu jawaban sembari menikmati lekukan bibir tipisnya. Nessa masih menggenggam cangkir teh hangat dengan kedua tangannya. Tampak memandangi sekitar, memandangi udara yang masih berkabut. Mulutnya mengerucut, dahinya mengkerut. 

"Emmm,..." Gumannya.

"Aku sudah lama menunggu jawabanmu atas perasaanku. Jangan kamu tambah lagi menunggu atas pertanyaan sederhana ini." Godaku.

Nessa tergelak. Rona merah mulai merayap di pipinya, menghimpit bibir manis yang dalam diam sedari tadi menggodaku. Setelah puas memukul-mukul lenganku, ia menyesap teh yang tak lagi hangat. Lalu menekuk kaki dan memeluk keduanya.

Kamis, 06 Maret 2014

Merindu Pagi #3

Cincin Untuk Nessa

"Selamat pagi mbak, Pak Iqbal apa sudah datang? Saya ada janji ketemu beliau pagi ini." Tanya saya pada receptionist di kantor pajak.

"Maaf Bapak, beliau belum hadir. Kalau tidak keberatan, silahkan tunggu di kursi depan." Jawab Receptionist itu dengan sopan.

Sembari menungu, aku putar salah satu playlist di ponselku. Pandanganku tersapu pada sudut-sudut ruangan. "Memang masih sepi." Gumanku dalam hati. Disekitarku hanya nampak beberapa officeboy membersihkan lantai dan jendela.

Aku sudah cukup akrab dengan Iqbal, selain untuk urusan pekerjaan, kami juga sering bertemu hanya untuk sekedar ngobrol, berbagi, nonton, atau bisnis lain di luar pekerjaan. Tak jarang Nessa ikut bersama kami.

Nessa! Iya Nessa. Perempuan yang sangat aku kagumi secara fisik, sikap dan segenap kepribadian yang melekat didalamnya. Nessa juga yang mengenalkanku pada Iqbal yang tak lain adalah calon tunangannya. Saat aku tau cincin yang ia kenakan ketika kita bertemu di caffe. Semenjak saat itu, aku urungkan untuk mendekati Nessa, tapi hati ini begitu liar dan nakal. Kita dapat dengan mudah memerintah otak, tp tidak dengan hati. Semacam Autopilot yg menyabotase pesawat Axion pada kartun Wall-E, atau Viki yang membangkan dari hukum i-robot. Entahlah!

Rabu, 05 Maret 2014

Lisa (Ingin Bangun Pagi)


“Ma, Lisa udah gak sabar nunggu besok. Mama jangan lupa bangunin Lisa jam 5 pagi!” 

Lisa memeluk erat Mama sambil terpejam dan senyum yang tertahan, membayangkan suasana kelas barunya besok.

”Kamu pasang aja jam weker biar gak terlambat.” Mama membelai lembut kepala anak semata wayangnya yang baru berusia 5 tahun

“Kalau Lisa ketiduran, kan wekernya gak kedengeran ??” Rengek Lisa.

“Masih ada mama yang akan membangunkanmu, sekarang bobo ya!” Mama menenangkan.

“Mama besok pasti bangun pagi kan?” Lisa makin merancu.

”Iya dong, Mama pasti bangun lebih dulu.” Masih dengan sabar Mama menjelaskan.

Setelah merapikan selimut Lisa, Mama beranjak pergi keluar kamar. Lisa memandang Mama yang berjalan mendekati pintu, tiba-tiba dia berteriak,

”MAMAAAA..!!!!! Tapi kalau mama meninggal waktu tidur.. Siapa yang bangunin Lisa..??”


LISA..!!!