Kamis, 06 Maret 2014

Merindu Pagi #3

Cincin Untuk Nessa

"Selamat pagi mbak, Pak Iqbal apa sudah datang? Saya ada janji ketemu beliau pagi ini." Tanya saya pada receptionist di kantor pajak.

"Maaf Bapak, beliau belum hadir. Kalau tidak keberatan, silahkan tunggu di kursi depan." Jawab Receptionist itu dengan sopan.

Sembari menungu, aku putar salah satu playlist di ponselku. Pandanganku tersapu pada sudut-sudut ruangan. "Memang masih sepi." Gumanku dalam hati. Disekitarku hanya nampak beberapa officeboy membersihkan lantai dan jendela.

Aku sudah cukup akrab dengan Iqbal, selain untuk urusan pekerjaan, kami juga sering bertemu hanya untuk sekedar ngobrol, berbagi, nonton, atau bisnis lain di luar pekerjaan. Tak jarang Nessa ikut bersama kami.

Nessa! Iya Nessa. Perempuan yang sangat aku kagumi secara fisik, sikap dan segenap kepribadian yang melekat didalamnya. Nessa juga yang mengenalkanku pada Iqbal yang tak lain adalah calon tunangannya. Saat aku tau cincin yang ia kenakan ketika kita bertemu di caffe. Semenjak saat itu, aku urungkan untuk mendekati Nessa, tapi hati ini begitu liar dan nakal. Kita dapat dengan mudah memerintah otak, tp tidak dengan hati. Semacam Autopilot yg menyabotase pesawat Axion pada kartun Wall-E, atau Viki yang membangkan dari hukum i-robot. Entahlah!


Hingga saat ini aku masih mengagumi Nessa, bukan tidak mungkin aku akan memilikinya nanti. Karna itu, aku masih menyimpan cincin yang belum sempat kusematkan di jari manisnya.

"Sodara Rakka, ditunggu Bapak Iqbal di ruangannya!" Suara Receptionist memecah lamunanku.

"Iya, Trimakasih mbak." Jawabku singkat.

***

"Rakka, bagai mana kalo kita makan siang di kantin depan?" Ajak Iqbal usai kami membicarakan masalah pekerjaan.

"Aduh, lain kali aja bal. Tapi trimakasih untuk tawarannya!" Aku sedekit menolak ajakannya.

Bagai mana tidak, paling-paling aku disuruh mendengar cerita kemesraan Iqbal dengan Nessa. Atau Iqbal minta pendapat tentang pesta pernikahan mereka. Design undangan, dekorasi dan taman, Aaahh... sekedar mengingatnya saja aku sudah muak..

"Sebentar saja, kalo bukan kamu siapa lagi yang aku ajak cerita?" Rengek Iqbal.

"Ya sudah, sebentar saja kan?" Jawabku sedikit malas.

***

"Nessa selingkuh!" Kata Iqbal.

"Apa? Selingkuh? Kamu tau dari mana?" Seolah serius aku menanggapinya.

Iqbal menuang minuman bersoda kedalam gelas berisi Es, kemudian meminumnya. "Aku menemukan celana cutbray di dalam tasnya."

"Hanya karna itu lalu kamu memvonis Nessa selingkuh? Bisa saja itu celana untuk kamu yang belum sempat dia berikan, lalu kamu terburu mempermasalahkan itu." Aku coba menenangkannya.

"Braaakkk!!!" "Nessa sangat tau, aku tidak suka celana cutbray!!" Suara Iqbal meninggi diikuti benturan gelas yang diletakkan di atas meja dengan keras. "Macam laki-laki kuno saja pake celana cutbray."

Aku mengambil gelas berisi soda yang belum sempat aku minum sedari tadi. Sesaat aku berfikir, begini cara berfikir Iqbal, menganalogikan laki-laki bercelana cutbray seperti orang kuno.

"Nessa juga mengembalikan cicin tunangan ini." Tanpa kotak, Iqbal menaruh cincin diatas meja. 

Aku tertunduk, dalam diam aku teringat kejadian semalam. Perempuan yang tadinya enggan aku miliki telah sedikit membuka hatinya. Kulihat kotak cincin didalam tas yang tak tertutup rapat. Aku ambil dan membukanya di bawah meja.

"Seandainya aku punya banyak keberanian, mungkin aku sudah tidak melihat cincin ini di sini, melainkan di jari manisnya." Gumanku dalam hati. "Dan setelah ini, aku akan menemuimu untuk menyematkan cincin ini!"

Saat aku mengembalikan kotak cincin ke dalam tas, terlihat bungkusan kertas coklat. Aku ingat benar, bungkusan kertas yang berisi celana cutbray yang di berikan Nessa tadi malam.

Terimakasih Nessa..

***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar