Selasa, 06 Januari 2015

Merindu Pagi #7

Datang Gerimis Terlalu Cepat

Nessa terdiam di kursi kayu yang membentang panjang di beranda rumahnya. Melamun. Termenung. Aku tidak melihat sedikitpun keceriaan tersirat dari wajah manisnya. Bibir tipis dan rona merah tak ku temukan sekarang. 

Aku masih berdiri di depan Nessa, dengan baju lusuh dan kue tart yang tak lagi cantik. Bukan karena Nessa lebih indah dari adonan kue yang aku bawa. Bukan. Tapi karena sendiriku dan kue ini telah basah oleh air yang bercampur tanah.

Aku memang sering membawakan kue tart setiap pagi. yang bertabur butiran anak kurma di atasnya. Emmm... Kesukaan Nessa.. 

"Nessa, maaf aku terlambat. dan kue ini... Akan aku ganti dengan yang baru."

Dia tidak menjawab. Tatapannya kosong. Memandang gerimis dan tetesan-tetesan air yang berjatuhan dari atap rumahnya.

Sesaat Nessa mengambil kotak cincin di samping kanannya, dengan malas ia membuka kotak dan mengambil cicin itu. Dipandangi dan dimainkan dengan jari lentiknya.

Aku terperanga, ternyata cincin yang aku berikan belum juga ia kenakan.

Hatiku meredam, otakku membeku. Endorfin yang terbentuk dari paras Nessa sirna sudah.

"Nessa, kenapa cincin itu belum kamu pakai?!" Tanyaku dengan geram.

Belum sempat Nessa menjawab, ponselnya berbunyi.

Wajahnya semakin muram, namun kali ini menjadi sangat. Menghilangkan semua aura keindahan yang ada pada diri Nessa. Matanya berkaca-kaca setelah membaca pesan yang entah dari siapa. 

Aku mendekat, ingin melihat apa yang Nessa lihat. 

Tampak beberapa foto yang sudah bukan orang lain bagiku. tergeletak bersimba darah yang berceceran di tepian trotoar. Darah yang bercampur dengan air dan kotor tanah. 

Nessa semakin terisak, di genggamnya cincin dengan kedua tangannya.

"Rakka, Aku mencintaimu."

Aku tersenyum, masih mendengar suara Nessa dan pernyataan indah meskipun dalam sebuah akhir.

***

Flashback
- kotak cincin : Merindu Pagi #3 (Cincin Untuk Nessa) 
- belum juga ia kenakan : Merindu Pagi #4 (Kue Tawar dan Secangkir Teh) 
- sebuah akhir : Merindu Pagi #5 (Berbicara Akhir) 




6 komentar:

  1. Hwaaaa iiiih kok sedih gini sih endingnya??? AKu suka tulisan ini...duuuh Raka ga nyadar kalo udah mati...merindiiing

    BalasHapus
  2. hihihi itu ad beberapa Frasa yg ak link ke cerita sebelumnya, uda baca juga? sekedar flashback, biar lbh greget..

    BalasHapus
  3. Kelabu dalam haru yang saru.

    BalasHapus
  4. Tulisannya menarik, gue suka tentang gerimis :)

    BalasHapus
  5. itu tantangan dari agia, tuh anaknya coment paling atas..

    BalasHapus